Al Habib Ahmad Bin Alwi Al Haddad adalah
seorang WaliAllah yang memiliki khoriqul a’dah yaitu diluar kebiasaan
manusia umumnya atau disebut dalam bahasa kewalian “Majdub” atau disebut
dengan ahli Darkah maksudnya disaat orang dalam kesulitan dan sangat
memerlukan bantuan maka beliau muncul dengan tiba-tiba. Habib Kuncung
lahir di Gurfha, Hadramaut, Tarim pada tanggal 26 syaban 1254 H dan
beliau belajar kepada ayahanda beliau sendiri Al habib Alwi Al Haddad
dan belajar pula kepada Al habib Ali Bin Husein Al Hadad, Hadramaut, Al
Habib Abdurrahman Bin Abdullah Al Habsyi dan kepada Habib keramat Empang
Bogor, Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Attas. Karena sering memakai
kopyah atau topi yang menjulang keatas (kuncung; bahasa Jawa) maka
beliau digelari Habib Kuncung.
Dikala beliau dewasa beliau didatangi
oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam yang akhirnya beliau ziarah
ke Madinah, selanjutnya dalam bisyarah beliau disuruh ke Pulau Jawa oleh
Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam. Habib ( Kuncung ) Ahmad bin Alwi
Al-Haddad termasuk keluarga Nabi saw, keturunan ke 40. secara garis
besar kehidupan Habib Kuncung sangat misterius. Tak ada yang mengetahui
kapan beliau lahir. Habib Kuncung hanya diketahui lahir di Hadramaut,
sebuah daerah di Yaman.
Identitas yang melekat pada dirinya
adalah pedagang. Berdagang memang sudah beliau dilakukan saat beliau
masih muda. Posisi inilah yang membuatnya mengenal wilayah Asia tenggara
saat beliau berdagang sampai ke Singapura. Habib Kuncung pedagang yang
lumayan sukses di Singapura. “Beliau sampai memiliki peninggalan harta
benda yang di tahun 20an lalu senilai dengan harga 30 rumah disini.”
Ujar Habib Salim bin Ahmad, salah satu kerabatnya di Rawajati. Mobilitas
dirinya sebagai pedagang juga yang membuatnya menginjak Tanah Bugis dan
memperoleh istri disana. Namun tak ada yang mengenal siapa istri Habib
Kuncung itu. Dari perkawinan tersebut diketahui lahir seorang putra
bernama Muhammad yang kemudian mewarisi harta peninggalan Habib Kuncung
di Singapura. Namun sayang Habib Muhammad kemudian meninggal dunia
hingga terputuslah garis keturunan Habib Kuncung.
Habib Kuncung selalu hidup
berpindah-pindah. Tak ada yang dapat memastikan Habib Kuncung menetap
disatu tempat tertentu. Beliau hadir dan pergi sesukanya. Hanya, beliau
memiliki tempat singgah di Kampung Melayu, yakni rumah seorang pegawai
gubernuran Batavia yang menjadi temannya.
Habib Kuncung sering muncul di Majelis
ulama kalangan Habaib di Jakarta yang dipusatkan di Kediaman Habib Ali
Al-Habsyi Kwitang. Namun beliau dikenal masyarakat Bogor, karena banyak
menghabiskan waktu disana. Sebutan “kuncung” yang menjadi gelarnya juga
berasal dari Bogor. Masyarakat disana menyebutnya seperti itu karena
beliau selalu mengenakan topi kuncung. Hidupnya yang bergaya pengembara
membuat tak banyak orang mengetahui sejarahnya secara persis. Beliau
hadir dan dikenal masyarakat sebagai seorang ulama yang misterius tapi
berilmu tinggi. Banyak orang yang apabila mengalami masalah berat
menghadap kepadanya dan meminta nasihat maupun fatwa, jika kebetulan
dapat bertemu, Habib Kuncung pasti memberikan nasihat yang merujuk pada
Al-Qur’an dan Hadits.
Beliau menunjuki pokok-pokok penyelesaian
beserta literaturnya dan kemudian menyuruh si peminta fatwa mengecek
serta mengkajinya sendiri. Jika para ulama berkumpul dan membaca sebuah
kitab, selalu Habib Kuncung yang membaca kitab itu, karena suaranya yang
bagus serta penguasaan bahasa arabnya yang tinggi. Belakangan, Tapi ini
diyakini merupakan hal yang disengaja karena beliau tak ingin
dilebih-lebihkan orang. Saat itu beliau memang sudah mulai menunjukkan
beberapa “kelebihannya”. Pernah satu ketika para ulama berkumpul di
Kwitang. Mereka ingin melakukan perjalanan ke Cirebon memenuhi sebuah
undangan. Saat itu Habib Kuncung agak terlupakan hingga tidak ikut
rombongan ke stasiun. Para ulama berangkat pada pukul 7.30 pagi.
Sesampainya di stasiun Cirebon, ternyata para ulama menemukan Habib
Kuncung sudah disana. Ketika ditanya, beliau mengaku sudah berada di
stasiun itu sejak pukul 7.30. rupanya ketika rombongan ulama berangkat
ke stasiun, naik kereta menuju Cirebon, Habib Kuncung juga berangkat ke
Cirebon tapi dengan caranya sendiri.
Pernah pula suatu ketika Habib Kuncung
membakar sampah dalam lubang besar, disekitar lubang itu terdapat pohon
pisang. Rupanya pohon pisang itu sengaja ditanam orang. Terang saja,
melihat lubang sampah itu dibakar, pemilik pohon pisang marah besar
kepada Habib Kuncung. Habib Kuncung hanya diam hingga api itu padam.
Ternyata pohon pisang itu tak ada yang mati, bahkan kemudian malah lebih
bagus tumbuhnya. Karomahnya yang lain; setipa kali Habib Kuncung
memakai jasa tukang delman, delman itu pasti pulang lebih awal karena
setoran menjadi mudah tercukupi. Kusirnya juga akan pulang dengan uang
yang lebih dari biasanya. Makanya banyak sekali tukang delman yang
mengharap-harap agar delmannya dinaiki Habib Kuncung.
Sekalipun bersikap aneh dan selalu muncul
– menghilang, orang-orang mengenang Habib Kuncung sebagai pribadi
terhormat yang saleh. Hal-hal yang dilakukannya merupakan satu bentuk
ketawadukan. Beliau tak ingin orang memuja-muja dirinya dan punya
pikiran macam-macam. Beliau ingin dikenal sebagai orang biasa saja.
Begitu tawaduknya Habib Kuncung, beliau tak pernah mau menerima hadiah,
baik uang maupun pakaian. Beliau hanya ingin dapat tampil seperti biasa,
apa adanya. Sekalipun begitu tak ada orang yang meragukan kapasitas
Habib Kuncung sebagai Waliyullah.
Makanya setelah wafat beliau mendapat
kehormatan sedemikian rupa. Sekarang masih banyak orang menziarahi makam
Kramat Wali Allah Al Habib Ahmad Bin Alwi Al Haddad Habib Kuncung, di
Rawajati Timur II, Jakarta selatan. Orang dapat merenungkan kembali
mengenai hidup yang harus dijalani dengan tawaduk dan keshalehan yang
utuh. akhirnya pada tahun 1345 H tanggal 29 Syaban sekitar tahun 1926 M
pada usia 93 tahun beliau, Al Habib Ahmad Bin Alwi Al Haddad, kembali ke
rahmatullah dan di makamkan di pemakaman keluarga Al Haddad di Rawajati
Timur II, Jakarta Selatan dan setiap hari Minggu ketiga bulan Rabiul
Awal diadakan peringatan Maulid Nabi di pemakaman beliau bada Ashar.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala
merahmati kita semua dan membimbing kita untuk semakin dekat dan
mencitai para WaliAllah. Aamin..